Words of Christ

Thursday, June 14, 2007

Kuasa Dari Kasih Yang Tak Bersyarat

14 Juni 2007 -- K a m i s
Kuasa Dari Kasih Yang Tak Bersyarat | Kolose 3:21
Orangtua yang menunjukkan kasih tak bersyarat kepada anak-anaknya telah menjadikan mereka pribadi penuh keyakinan. Penerimaan terhadap keunikan masing-masing anak, membuat mereka merasa dihargai. Tanpa sengaja kita sering melukai anak-anak kita, dengan mencampuradukkan antara tindakan dan kepribadian. Berapa banyak anak sering mendengar omelan, “Kamu anak nakal!”, bukannya “Kelakuanmu itu tidak baik!” Betul, anak-anak sangat membutuhkan bimbingan dan disiplin orangtua, namun semua harus dibungkus dalam tindakan dan bahasa yang mengungkapkan kasih.
Terlalu sering kita mendisiplin anak-anak dan menjadikannya pribadi yang kita inginkan, bukan yang dikehendaki Allah. Akibat buruk dapat terjadi. Anak-anak akan memiliki sifat memberontak. Jauh lebih penting untuk menaruh perhatian kepada hal-hal yang berdampak pada perkembangan kejiwaan, daripada persoalan yang bersifat lahiriah. Jauh lebih penting untuk memerhatikan perkembangan mereka dalam hal kejujuran, integritas, dan ketaatan, daripada sekadar mengatur dalam hal gaya rambut atau mode pakaian.
Kasih tak bersyarat menghasilkan penghargaan diri dan ketaatan. Anak-anak akan membangun hubungan baik dengan sesama. Mereka disiapkan untuk menerima orang lain dengan sikap seperti yang ditunjukkan oleh orangtua mereka. Bukankah hal ini sangat penting? Seorang anak yang terluka suatu hari akan bergumul berat untuk dapat mengungkapkan kasih sepenuh hati dan menerima pasangannya apa adanya.
Menunjukkan penerimaan kepada anak tidak membutuhkan biaya melainkan waktu dan perhatian. Kasih orangtua ditunjukkan melalui sikap dan tindakan, misalnya dengan menaruh perhatian pada kegiatan sang anak, mendengarkan dengan penuh antusias, serta memberikan dukungan dan pujian. Apakah anak Anda mengetahui bahwa Anda mengasihi mereka?

source: from my wife email

Tuesday, June 12, 2007

Gambaran Pertama Seorang Anak Akan Allah

13 Juni 2007 -- R a b u

Gambaran Pertama Seorang Anak Akan Allah Efesus 5:1-2

Gambaran pertama seorang anak akan Allah adalah ayahnya di dunia. Sebagai orang Kristen, kita meluangkan banyak waktu mendiskusikan bagaimana seharusnya bersaksi kepada dunia yang terhilang; bagaimana menunjukkan iman di tengah lingkungan kerja. Namun jangan lupa, di rumah sendiri pun, kita harus menunjukkan Kristus hidup. Jika kita menunjukkan pengampunan, kesabaran, dan penerimaan dalam rumah tangga, maka anak-anak akan mudah dibawa mengenal Tuhan.

Sebaliknya, perilaku negatif misalnya, kekerasan terus-menerus, kesibukan atau sikap tidak peduli terhadap perkembangan emosi anak-anak akan membentuk pandangan negatif akan Allah. Saya teringat seorang muda yang datang kepada saya dan cemas akan keselamatannya. Meskipun telah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi, namun ia merasa tidak yakin bahwa dirinya benar-benar telah diampuni. Ketika saya menunjukkannya ayat-ayat Alkitab yang berisi jaminan keselamatan dan pengampunan, ia merespon, “Saya percaya semua itu, namun saya tidak yakin janji-janji Allah berlaku bagi saya.” Ia tampak terkejut ketika saya bertanya tentang hubungannya dengan ayahnya. Dalam percakapan itulah, saya mendapati bahwa ayahnya seringkali mengingkari janjinya. Kini setelah dewasa, ia masih sulit percaya bahwa Allah akan menggenapi firman-Nya.

Untuk menjadi gambaran Bapa surgawi tidak dituntut keterampilan apa-apa; pedomannya pun cuma satu, yaitu Alkitab. Semua ayah mampu menjadi pribadi yang sukses, asalkan mau bersandar pada Tuhan. Roh Kudus berkenan memberikan para ayah hikmat dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak, sama seperti yang diberikan-Nya untuk pelayanan yang lain.

Karena itu, dengarkan selalu suara Bapa surgawi, supaya suatu hari anak-anak Anda menyebut Anda “yang diberkati”.

Source: from my wife email

Monday, June 11, 2007

KEKHAWATIRAN

Tanggal: Senin, 11 Juni 2007
Bacaan : Mazmur 91:9-16
Setahun: Ezra 1-2; Yohanes 19:23-42

Nats: Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku
sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibrani 13:5)

Judul:
KEKHAWATIRAN

Saya tahu bahwa tidak seharusnya saya cemas, tetapi saya agak
mengkhawatirkan sesuatu saat ini. Mungkin ini karena adanya situasi
baru dalam keluarga kami. Bila melihat sekeliling, saya merasa agak
gelisah. Ketahuilah, istri saya dan saya baru-baru ini mengetahui
bahwa kami akan menjadi kakek dan nenek. Hal ini membuat saya
berpikir tentang dunia tempat cucu kami dibesarkan nanti.

Tahun 2024 kelak, cucu kami itu akan lulus sekolah menengah.
Mungkinkah biaya sekolah di perguruan tinggi akan sebesar
Rp900.000.000,00 per tahun saat itu? Jika minyak masih ada,
mungkinkah harga bensin jadi Rp58.500,00 per liter? Mungkinkah moral
dan etika sudah ketinggalan zaman? Dan, apa gereja masih berpengaruh?

Masa depan bisa menjadi sesuatu yang menakutkan. Sesuatu yang belum
diketahui dapat mencekam, terutama ketika hal yang diketahui saat ini
diliputi begitu banyak perjuangan. Itulah sebabnya, kita harus
memercayai janji Allah.

Apa pun situasi yang akan dihadapi cucu-cucu kita, mereka dapat
bergantung pada janji pertolongan Allah -- tak peduli persoalan apa
yang akan meliputi dunia ini. Allah berfirman, "Aku sekali-kali tidak
akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan
engkau" (Ibrani 13:5). Yesus berkata, "Aku menyertai kamu senantiasa
sampai akhir zaman" (Matius 28:20).

Janji-janji agung itulah yang dapat kita andalkan tatkala kita mulai
merasa khawatir, entah tentang masa depan kita sendiri atau masa
depan generasi selanjutnya --JDB

Cemas akan urusan dan masalah masa depan
Hanya akan mendatangkan derita dan sengsara;
Tuhan meminta kita tidak cemas dan tertekan
Hari esok kita ada dalam tangan-Nya. --Sper

KITA MUNGKIN TAK TAHU APA YANG AKAN TERJADI DI MASA DEPAN
NAMUN KITA DAPAT MEMERCAYAI DIA YANG MENGENDALIKAN MASA DEPAN

source: from my eRH email

Thursday, June 7, 2007

Meneladani Iman seorang Nelayan

07 Juni 2007 -- K a m i s

Meneladani Iman seorang Nelayan Matius 4:21-22

Bukan tanpa maksud bila Injil Matius sering menyebut nama ayah Yakobus dan Yohanes. Anda tahu pekerjaan Zebedius, dan Anda pun belajar bagaimana ia memberikan teladan sebagai seorang ayah. Keteladanannya ternyata berkaitan dengan profesinya, yaitu nelayan.

Nelayan haruslah pemberani. Danau Galilea merupakan tempat berbahaya. Badai dapat muncul tiba-tiba dan mengamuk dengan dahsyat. Kehidupan kita pun demikian. Ada kalanya tenang namun kemudian berubah menjadi badai. Bila kita berusaha menghindari situasi tidak menyenangkan, atau menyerah terhadap tantangan, anak-anak akan terbentuk menjadi pribadi yang juga mudah menyerah. Sebaliknya, ayah yang menaruh kepercayaan dalam Tuhan akan sanggup menghadapi situasi sulit dengan keberanian.

Nelayan harus tegas mengambil keputusan. Timing tepat sangat penting dalam melaut. Demikian pula dalam kehidupan. Seorang ayah diharapkan menjadi model kehidupan yang penuh doa dan perencanaan matang. Anak-anak ingin melihat ketegasan setiap kali kita mengambil keputusan. Mereka ingin mengetahui apakah keputusan yang diambil menggambarkan ketaatan kepada Allah. Jika kita mengajarkan bahwa Tuhan itu baik dan dapat dipercaya, kita harus membuktikan kata-kata itu dengan ketaatan dan ketegasan.

Nelayan harus sabar. Tidak seorang nelayan pun tahu kapan ikan masuk ke jala. Di tengah dunia yang serba tergesa-gesa dan instan, kita melupakan pentingnya kesabaran. Kita hidup berdasarkan jadwal, bahkan sering memaksakannya kepada Allah. Anda ingin menjadi orangtua bijak? Ajarlah anak Anda untuk menantikan Tuhan sebelum melangkah.

Ayah yang mengasihi Tuhan, akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bagaimana dengan Anda?

Source: from my wife's email

Kasih Bagi Pembunuh Anakku

Kasih Bagi Pembunuh Anakku

Sumber Kesaksian: Handoko dan Inge Trenggono

CBNI - Handoko Trenggono, seorang ayah yang amat mengasihi anak-anaknya tidak menyangka akan mendengar kabar menggemparkan yang terjadi pada diri putri bungsunya, Happy.

Pada saat itu memang saya ada di rumah, lagi nonton tv. Terus ada yang menelpon yang memberitahu bahwa Happy anak saya mengalami kecelakaan terus sekarang ada di rumah sakit Green Garden.

Saat tiba di lokasi kejadian, Handoko menemukan putrinya Happy terbujur di mobil Teddy, teman pria Happy yang mengajaknya menonton malam itu. Malam itu juga Happy dilarikan ke rumah sakit.

Saya langsung bawa ke rumah sakit Graha Medika. Dari situ saya turunkan, tapi ternyata Happy telah tiada.

Happy Trinita, putri bungsu bapak Handoko ini baru berusia 18 tahun ketika maut menjemputnya. Sosoknya yang lincah dan periang membuatnya disukai oleh keluarga dan teman-temannya. Namun sayang di usianya yang belia, Happy tewas secara mengenaskan oleh teman dekatnya sendiri yang telah dikenalnya sejak kecil.

Dengan alasan hendak mengajak nonton, diam-diam Teddy telah merencanakan untuk memperkosa Teddy begitu orang suruhannya berhasil membius Happy dengan berpura-pura menjadi perampok. Namun diluar dugaan zat cloroform yang dipakai untuk membius membuat korban tewas seketika itu juga.

Inge Trenggono, ibu Happy mengenang kejadian itu.Saya sedang berada di Medan saat itu, saya tidak berada di Jakarta. Saya sudah ada di Medan selama dua minggu. Pada tangggal 25 April saya mendapat telepon jam 11 malam dari adik saya. Dia menanyakan kapan saya pulang. Saya tanya kenapa?, tapi dia mengatakan tidak ada apa-apa, hanya Happy sakit dan diopname.

Saya gelisah, saya merasa ada sesuatu terjadi dengan anak saya. Saya hanya bisa menangis, berlutut dan berdoa. Saya katakan : “Tuhan, saat ini saya ada dalam keadaan gelisah. Saya mohon petunjuk, apa yang terjadi di rumah?, apa yang terjadi dengan Happy?”. Saya begitu kaget dan tertegun bahwa Tuhan menunjukkan satu peti jenazah putih dan ada foto anak saya di depannya.

Satu yang saya minta Tuhan, apabila penglihatan yang saya lihat tadi benar, beri kekuatan kepada saya. Tuhan berikan kekuatan kepada keluarga saya.

Setibanya di Jakarta, Inge seperti sedang bermimpi di siang bolong. Saya melihat anak saya terbujur benar-benar di peti jenazah putih dengan foto di depannya. Semua mengira pasti saya datang menangis dan terguling-guling, tapi air mata saya telah habis pada saat di Medan dan di pesawat, mengalir terus air mata. Begitu saya melangkah ke Jakarta Tuhan menggenapi janjinya dan menguatkan saya.

Kepergian Happy menjadi pukulan berat bagi keluarga Handoko. Teddy dan dua temannya berhasil diamankan dan diancam hukuman penjara. Keluarga Teddy mencoba dengan jalan damai. Beberapa kali keluarga Teddy mencoba mendatangi orang tua Happy untuk meminta maaf, namun selalu gagal. Handoko tidak dapat menerima permohonan maaf ini. Mereka bilang inilah mungkin jalan terbaik. Tapi saya sendiri katakan : “Bagaimana mungkin hal ini bisa dibilang yang terbaik. Anak saya meninggal dibunuh kok bisa dibilang yang terbaik?”. Jadi saya tidak bisa habis pikir.

Demikian juga dengan ibu Inge. Teman-teman saya katakan : “Kamu harus berdoa dong untuk Teddy supaya kamu bisa mengampuninya”. Saya bilang memang enak mengatakannya. Tapi untuk saya sungguh-sungguh bisa berlutut, memohon dan berdoa sulit sekali, apalagi untuk mengampuni Teddy. Hampir setiap malam saya sulit tidur, seperti melihat televisi kehidupan anak saya setiap hari.

Sepeninggal putrinya, hari-hari Handoko dan Inge tidak sama lagi. Mereka mengalami depresi yang luar biasa.

Inge kini hanya merasakan kepahitan. Di rumah setiap ada masalah sedikit, suami saya langsung marah besar. Rasanya seperti hidup di dalam neraka.

Enam bulan berada dalam tekanan, atas saran putranya, Inge akhirnya membuat keputusan yaitu melepaskan pengampunan untuk pembunuh putrinya.

Saya katakan pada suami : “Pak mungkin ini saatnya kita harus mengampuni. Mungkin saat ini kita jadi keluarga yang kacau tanpa damai sejahtera karena kita belum bisa mengampuni dia. Kenapa setiap malam kita doa tapi Tuhan tidak jawab, hati kita juga selalu tidak damai sejak anak kita pergi.”

Keputusan Handoko dan Inge ternyata masih harus diuji.

Tuhan itu mau menguji saya apakah saya benar-benar waktu saya ngomong mengampuni itu dari mulut saja atau dari hati. Sekarang orang tua tersangka membawa anaknya ke depan mata saya. Dia datang dan saya suruh masuk. Begitu dia masuk kaki saya sampai gemetar, saya tidak bisa jalan. Tapi begitu pembunuh anak saya datang, ia saya peluk. Kuasa Tuhan turun sehingga saya betul-betul bisa mengampuni. Dia saya peluk, saya menangis. Inilah luar biasanya Tuhan. Nah setelah itulah saya merasa plong. Saya merasa tidak ada beban lagi.

Demikian juga dengan Inge.Tuhan menolong saya menempatkan Teddy sebagai anak saya pada saat itu. Kita mengampuni Teddy bukan saja kita memulihkan orang lain, tapi kita juga memulihkan diri kita sendiri. Karena saya mengampuni orang yang membunuh anak saya, batin saya juga Tuhan pulihkan.

Teddy dan kedua temannya akhirnya dibebaskan dari tuntutan. Sejak itu hari-hari berkabung keluarga Handoko beralih menjadi hari-hari yang penuh pengharapan. Inge Trenggono hanya bisa menyadari bahwa damai sejahtera akibat kuasa pengampunan ini hanya bisa didapat melalui tekadnya menjadi pelaku firman.

Kami hanya belajar menjadi pelaku firman saja. Saya bawa hal ini dalam doa. Di doa Bapa kami di katakan : “Ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami”. Itu yang menggelitik saya untuk mengambil sikap mengampuni. Setiap malam saya berdoa kalau Tuhan mengijinkan hal ini terjadi dalam keluarga kami, saya minta Tuhan memberikan damai sejahtera, kekuatan dan sukacita. Dan Tuhan menggenapi.

Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.] (Markus 11:25-26)

source: from my friend's email

Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku

Tetapi Yesus berkata : "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku,..."
Matius 19:14



Ada seorang nenek yang berusia 80 tahun. Secara KTP wanita ini beragama Kristen. Ia merupakan orang yang terhormat, jujur, dan sifat-sifat baik lainnya yang dimiliki oleh orang percaya. Namun ia tidak pernah mau menerima Yesus, apalagi beribadah di gereja. Seorang pemuda berusaha keras untuk menginjilinya. Pemuda itu bertanya apakah dia pernah mengikuti kebaktian dalam gereja. Dengan senyum pahit nenek itu bercerita tentang masa lalunya. Dia adalah anak dari keluarga yang sangat miskin. Saat berumur 10 tahun temannya mengajaknya ke Sekolah Minggu. Tentu saja dia sangat senang, menyanyikan lagu yang indah dan mendengarkan cerita Alkitab. Tapi seusai kebaktian, seorang Guru Sekolah Minggu menegurnya, "Nak, lain kali tolong jangan mengenakan pakaian seperti hari ini, Kita selalu ingin memakai pakaian yang terbaik kalau kebaktian." Dia hanya bisa berdiri menunduk sambil melihat baju usang dengan tambalan disana sini. Lalu dengan menahan tangis dia berbisik, "Tidak, Bu Guru, tidak pernah lagi. Aku tidak akan pernah kebaktian lagi." Sejak saat itu hatinya sudah menjadi beku.

Mungkin niat guru tadi baik, tapi apakah dia menggunakan kasih Kristus? Seandainya saja guru tadi bisa bersikap lebih sedikit terbuka dan memahami keadaan anak itu, bukan hal yang mustahil kalau anak itu bisa menjadi alat yang luar biasa bagi kerajaan Allah. Tapi hal itu hilang sudah dan guru itulah yang menghancurkannya, bahkan mengenal Yesus saja dia sudah tidak mau.

Sadarkah kita bahwa keberadaan kita sebagai orang tua, guru, pelayan Tuhan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membentuk gambar diri anak-anak? Jangan sampai potensi yang ada dalam diri seorang anak kita rusak dengan perilaku atau perkataan kita. Mereka bisa menjadi anak yang hebat bila kita bisa menjaga dan menumbuhkan gambar diri yang baik dari anak itu. Karena itu gunakanlah selalu kasih Kristus yang selalu mengasihi anak-anak dengan tulus, dan biarlah kita juga menjadi orang yang ikut ambil bagian dalam penggenapan rencana Tuhan yang indah untuk anak-anak-Nya.

source: from my friend's email

Wednesday, June 6, 2007

AMAN SELAMANYA

Tanggal: Rabu, 6 Juni 2007

Bacaan : Mazmur 34:9-23

Setahun: 2Tawarikh 25-27; Yohanes 16

Nats: [Yesus berkata,] "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33)

Judul: AMAN SELAMANYA

Ketika Amy Beth sedang membawa anjingnya berjalan-jalan di sekitarrumahnya, tiba-tiba seorang pemuda berlari masuk ke sebuah gang didekatnya. Sebuah mobil menyusul dari belakang. Pemuda itu merenggutsepotong kayu besar dari tempat sampah dan melemparkannya ke arahmobil itu. Amy Beth berdiri mematung. Ia terjebak di tengahperkelahian geng.Tiba-tiba, pengemudi mobil yang masih muda itu mencoba melarikan diridengan memundurkan mobil dengan cepat. Ia menabrak Amy Beth. TubuhAmy mendarat di atas bagasi dan terlempar ke jalanan. Herannya, iahanya mengalami luka ringan.Di kemudian hari, ia berusaha memahami apa yang dialaminya danmencoba merenungkan kembali sehingga peristiwa itu terasa indah. Iamenyimpulkan, "Hal-hal yang buruk terjadi -- hal-hal yang tragis danmengerikan. Hal-hal yang baik terjadi -- hal-hal yang menakjubkan danluar biasa. Semua ini terjadi pada kita secara acak. Namun, tidakacak bagi Allah yang membuai hati kita yang terluka. Dia tahu ....Penderitaan akan datang. Tetapi, Allah itu ... lebih besar dariberbagai peristiwa yang tampaknya bertentangan dengan kebaikan-Nya."Kita mungkin mengalami sakit penyakit, kecelakaan, penderitaan, dankematian. Namun, kita tidak sendiri. Allah tetap memegang kendali."Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia darisemuanya itu" (Mazmur 34:20). Yakinlah bahwa kelak kita akan amanbersama-Nya selamanya --AMC Hanya ada Satu Pribadi yang tahu Seluruh jawaban atas sengsaraku; Dia akan memenuhi segala kebutuhanku Saat dalam iman kepada-Nya 'ku berseru. --Morgan

ALLAH SENANTIASA MEMEGANG KENDALI DI BALIK LAYAR

source : my office email

Gaby Birthday 2 Years Slide Show